MANADO, KABARINDONESIA.CO.ID
- Ketua MPR RI ke-16 sekaligus Wakil Ketua Umum Partai Golkar Bambang
Soesatyo menuturkan salah satu tantangan utama pemerintahan Presiden
terpilih Prabowo Subianto ke depan adalah terus menjaga kemandirian
pangan nasional. Karena sejak awal tahun 2024, Bangsa Indonesia
menghadapi tantangan perekonomian yang cukup serius, berupa berkurangnya
stok dan terjadinya kenaikan berbagai harga komoditas kebutuhan pokok,
seperti beras, telur, daging dan lainnya.
"Pemerintah
kedepan harus berupaya keras untuk memenuhi berbagai kebutuhan menuju
swasembada pertanian dan menjaga ketahanan pangan. Khususnya pada
komoditas utama seperti beras, gula, kedelai dan jagung serta pemenuhan
pasokan pakan untuk ternak, dan swasembada daging serta susu," ujar
Bamsoet usai bertemu Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey di Manado,
Sabtu (13/7/2024).
Ketua
DPR RI ke-20 dan Ketua Komisi III DPR RI ke-7 bidang Hukum &
Keamanan ini menjelaskan, kemandirian pangan nasional masih terbilang
rapuh karena bangsa Indonesia belum bisa mandiri. Untuk menutup
kebutuhan pokok rakyat, beberapa komoditas bahan pangan harus diimpor.
Tidak hanya beras, melainkan ada belasan komoditas pangan yang diimpor
Indonesia, antara lain beras, kedelai, gula pasir, jagung, susu, daging
hewan, sayur, buah dan tepung terigu.
"Sepanjang
tahun 2024 pemerintah sudah memastikan untuk mengimpor 3,6 juta ton
beras. Sementara, pada tahun 2023 total impor beras mencapai 3,5 juta
ton. Indonesia mengimpor beras dari Vietnam, Thailand, Myanmar, Pakistan
dan India. Total permintaan atau konsumsi masyarakat akan beras
diperkirakan 30,9 juta ton, tetapi volume produksi dalam negeri sering
lebih rendah dari total permintaan itu," kata Bamsoet.
Ketua
Dewan Pembina Depinas SOKSI (Ormas Pendiri Partai Golkar) dan Kepala
Badan Polhukam KADIN Indonesia ini menerangkan, komoditas kebutuhan
pokok lainnya yang juga selalu diimpor adalah kedelai sebagai bahan baku
penganan tahu-tempe. Impor kedelai menjadi keharusan karena total
volume produksi dalam negeri sama sekali tidak mampu memenuhi
permintaan.
Data Badan Pusat Statistik per Desember 2023 menyebutkan bahwa volume
produksi kedelai di dalam negeri hanya sekitar 555.000 ton. Sedangkan
total kebutuhan atau permintaan pasar lokal mencapai 2,7 juta ton.
"Untuk
itu perlu dilakukan kembali penataan infrastruktur pangan dengan
menggunakan skema pertanian kolektif yang terorganisir, serta
menghidupkan dan memberdayakan kembali koperasi petani. Selain, perlu
dilakukan pembangunan sistem lumbung pangan yang berkualitas guna
mengelola sistem cadangan pangan, serta menata ulang tata niaga
komoditas pangan agar berpihak pada petani dan memberikan pasar yang
adil bagi pelaku usaha dan konsumen," pungkas Bamsoet. (*/kg)
Baca Juga :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar