Suyoso Nantra |
"Hal itu terlihat dari masuknya Sri Mulyani, mantan Menteri Keuangan di era presiden sebelumnya, yang sebelumnya juga dipercaya sebagai Managing Director and Chief Operating Office, World Bank. Optimis, tim ekonomi makin menguat, tujuannya agar perekonomian Indonesia membaik," urai Suyoso Nantra kepada kabarindonesia.co.id, Jumat (29/7/2016) siang.
"Jadi, selamat bekerja kembali Ibu Sri Mulyani, rakyat titip harapan agar perekonomian Indonesia makin membaik," imbuh Suyoso Nantra yang juga Ketua Yayasan Melati Bangsa Kota Balikpapan.
Sri Mulyani |
"Jokowi sedang gencar membangun infrastruktur, jika tim ekonomi mampu membuat program atau terobosan, agar ekonomi makin menguat, maka pembangunan infrastruktur akan lebih gencar lagi. Tujuannya untuk kesejahteraan rakyat Indonesia," beber Suyoso Nantra.
Untuk diketahui, Menteri Keuangan Sri Mulyani setelah dilantik, Jumat (29/7/2016) menggelar pertemuan secara tertutup dengan Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution dan Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo. Dalam pertemuan, disepakati untuk dilakukan pertemuan dua mingguan yang akan membahas mengenai kebijakan fiskal, moneter, dan sektor riil.
"Jadi kalau pertemuan tadi adalah pertemuan untuk menjadwalkan bentuk
koordinasi. Kita meyakini koordinasi antara fiskal, moneter dan sektor
riil perlu dilakukan. Jadi tadi ketemu dan akan dilakukan secara teratur
tiap dua minggu. Nanti bergantian di tempatnya Ibu Sri, Pak Darmin
(Menko Perekonomian), (dan) di BI," kata Agus di Kantor Kementerian
Keuangan, Jakarta, Jumat (29/7/2016).
Tugas berat langsung menanti tim ekonomi Kabinet Kerja hasil perombakan (reshuffle). Situasi perekonomian yang belum kondusif memicu risiko fiskal lantaran penerimaan negara mengalami ketidakpastian. Mantan Menteri Keuangan (Menkeu) M Chatib Basri mengatakan, perekonomian global yang melambat berpengaruh terhadap penerimaan negara lantaran menekan kinerja ekspor Indonesia.
“Karena pembayar pajak datang dari eksportir maka ketidakpastian penerimaan negara pun terjadi,” ujar Chatib di Jakarta.
Tugas berat langsung menanti tim ekonomi Kabinet Kerja hasil perombakan (reshuffle). Situasi perekonomian yang belum kondusif memicu risiko fiskal lantaran penerimaan negara mengalami ketidakpastian. Mantan Menteri Keuangan (Menkeu) M Chatib Basri mengatakan, perekonomian global yang melambat berpengaruh terhadap penerimaan negara lantaran menekan kinerja ekspor Indonesia.
“Karena pembayar pajak datang dari eksportir maka ketidakpastian penerimaan negara pun terjadi,” ujar Chatib di Jakarta.
Hal lain yang memengaruhi sisi penerimaan negara adalah harga
komoditas yang masih menurun. Akibat penerimaan negara belum
menggembirakan, Chatib mengingatkan pemerintah agar memperhatikan
defisit anggaran jangan sampai melampaui 3 persen produk domestik bruto
(PDB).
Pemerintah mencatat penerimaan perpajakan selama paruh pertama tahun ini baru mencapai Rp518,4 triliun atau lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu, Rp536,1 triliun. Jumlah tersebut baru sekitar 33,7 persen dari target APBN-P 2016 sebesar Rp1.539,2 triliun.
Pemerintah mencatat penerimaan perpajakan selama paruh pertama tahun ini baru mencapai Rp518,4 triliun atau lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu, Rp536,1 triliun. Jumlah tersebut baru sekitar 33,7 persen dari target APBN-P 2016 sebesar Rp1.539,2 triliun.
Penerimaan perpajakan merupakan penyumbang utama pendapatan negara yang tahun ini ditargetkan mencapai Rp1.786,2 triliun. Peneliti Institute for Development of Economics and Finance Bhima Yudhistira menilai, Sri Mulyani Indrawati mendapat tugas yang tidak mudah sebagai menteri keuangan yang baru menggantikan Bambang PS Brodjonegoro.
Tugas utama yang harus segera dikerjakan dalam jangka pendek adalah
memastikan bahwa kondisi fiskal negara dalam keadaan aman. (tw/net)
Baca Juga :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar